Post Update

Sejarah Tradisi keilmuan Islam

       Oleh : Kang Ahmed
        Sebelum islam datang ke jazirah arab, keadaan bangsa arab ketika itu sungguh sangat memperhatinkan. Mereka adalah bangsa yang tergolong terbelakang, sedikit diantara mereka yang dapat membaca dan menulis. Mayoritas mereka adalah paganis dan sebagian lagi nasrani dan yahudi, dan ada pula penyembah matahari di yaman tepatnya adalah kaum saba’. Dalam segi politik, meraka saling membanggakan kabilah mereka masing-masing. Fanatik buta sudah menjadi frame pemikiran mereka, sampai lahir istilah “ tolonglah saudaramu baik yang berbuat dzolim atau didzolimi”.
Kedatangan Islam
            Kedatangan islam
        di tengah gurun pasir yang gersang ternyata dapat menjadi oase bagi bangsa arab ketika itu. Nabi Muhammad SAW yang membawa panji islam dengan bendera la ilaha illa Allah dapat merubah mekkah dan madinah sebagai sentral peradaban manusia tertinggi. Lihatlah beberapa potret tokoh seorang sahabat nabi, umar bin khotob dikenal sebagai seorang yang bengis, dan berhati keras sehingga tega membunuh anak perempuannya sendiri. Tapi dengan hidayah Allah hati yang keras bisa luluh lantah dengan desiran bacaan kalamullah Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah wahyu ilahi yang berisi segala panduan untuk dapat meraih kebahagian di dunia dan akhirat. Maka dari itu, Al-qur’an juga sebagai sumber keilmuan, karena pada hakikatnya ilmu yang diketahui oleh manusia sudah terangkum dalam kalamullah.
Budaya menulis di kalangan arab khususnya mekkah dan madinah sangatlah sedikit. Karena ada beberapa alasan. Pertama, mereka lebih banyak menggunakan hapalan, sebagai keunggulan meraka. Kedua, keterbatasan alat tulis sebagai alat untuk menulis sehingga mempersulit dalam membudayakan tulis-menulis. Ketiga, wawasan yang masih dangkal mungkin bisa menjadi alasan kenapa tidak ada budaya menulis, berbeda dengan peradaban yunani sejak beberapa abad sebelum masehi sudah terkenal dengan keilmuannya sehingga terdorong untuk menciptakan suatu buah karya tulisan. Kemudian timbul beberapa pertanyaan perihal perintah Rasulullah tentang pelarangan penulisan hadist. Mengapa demikian?, jawabannya adalah takut jika Al-Qur’an tercampur aduk dengan hadist. Dan juga untuk menghindari jika para sahabat yang masih awal-awal memeluk islam akan tersibukan dari Al-Qur’an. Setelah islam bangkit dan menyebar hampir ke seluruh jazirah arab dengan beriringan tersebarnya Al-Qur’an, hadist dan juga para sahabat sebagai guru sekaligus sebagai pemberi petunjuk ke jalan yang lurus.
            Setelah Al-qur’an marasuk dalam jiwa para sahabat munculah beberapa penafsir yang handal ketika itu seperti Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Musa Al- Asy’ari, Abdullah bin Zubair. Kemudian di masa tabi’in seperti Ikrimah, Mujahid, Zaid bin Aslam, dan Dlohak.
Penyebaran keilmuan islam
Kurang dari satu abad islam sudah tersebar luas keseluruh penjuru dunia. Seiring dengan itu, pembukuan tentang cabang-cabang keilmuan islam mulai gencar. Dari mulai pembukuan nahwu atau kaidah bahasa arab sesuai perintah sayyidina Ali R.a. kemudian hadist oleh imam malik di madinah, imam abu sufyan atsauri di basrah.
Karya-karya muslim tertulis, lebih baik dan meningkat pesat setelah teknologi pembuatan kertas dikuasai melalui orang cina tawanan yang dibawa ke Samarqand di pertengahan abad ke-2 H sehingga industri kertas didirikan di Baghdad, Syiria, Damaskus, Tiberias, Tripoli dan tempat lain. Walaupun penulisan dalam cabang ilmu islam seperti hadist, fikih, ushul fikh dan tafsir sudah muncul pada awal-awal islam tapi belum tersebar luas. Kemudian beriringan dengan karya-karya kaum muslimin dalam bidang ilmu-ilmu awail.mengingat kontak pertama kaum muslimin di bidang ilmu-ilmu awail atau ilmu diluar keilmuan islam baru terjadi pada pertengahan abad ke-2 H, lewat gerakan penerjemahan yang diprakarsai Khalifah Al-Mansur (136H-158H). dan diteruskan oleh putra nya Al-Ma’mun (198H-218H). sedangkan yang di pandang ilmu sudah muncul pada awal-awal islam.
Setelah itu muncul beberapa karya kitab tafsir yang di tulis oleh beberapa ulama islam seperti Muqotil bin Sulaiman berjudul Tafsir Khoms Miat min Al-Qur’an. Kemudian Ibnu Jarir Athobari yang dikenal dengan tafsir Ath-thobari. Tafsir ini bercorak tafsir riwayat kerena sebagian besar di kutip langsung melalui jalur riwayat atau di kenal sebagai tafsir bil Ma’stur. Muncul tafsir bercorak sufistik seperti karangan Sahl Tastary. Ada juga yang memuat hukum-hukum islam seperti tafsir Al-Qurthubi, yang berjudul Al jami’ li ahkam Al-Qur’an. Dalam bidang Ushul Fikh ada beberapa karya seperti Ar risalah karangan Imam Syafi’I, Mustashfa milik imam Al-Ghozali dan Ushul Sarkhosi karangan imam Sarkhosi.
Tidak terbatas terhadap keilmuan agama, tapi meluas kepada ilmu pengetahuan yang lainnya seperti kedokteran, astronomi, kimia, sosiologi dan fisika. Ilmu kedokteran seperti karya terkenal Ibnu Sina kitab qonun fi tibb, kemudian Al-hawi karangan Fakhrudin Ar Razi. Dalam ilmu matematika ada Al Khawarizmi dan ibnu Al haytami dengan karangan kitab Al munazir. Ahli kimia muslim erat kaitannya dengan Jabir bin Hayyan dan Zakariya Al-razi. Dalam bidang sosiologi ada ibnu Kholdun di sebut sebagai bapak social. Dan masih banyak lagi para ilmuan islam telah melahirkan banyak karya karena bagi meraka mencari ilmu adalah suatu ibadah yang utama setalah ibadah yang fardlu.
Jika kita melihat tidak sedikit dari para ilmuan islam tidak hanya mahir dalam ilmu eksak, tapi juga sudah tertanam nilai-nilai Al-Qur’an dalan jiwa mereka sejak kecil. Jadi islam itu sarat dengan keilmuan karena kitab suci yang di anut adalah sumber segala ilmu.  Kemunduran islam, berarti kemunduran dalam menalah Al-Qur’an dan lantas meninggalkanya. Tapi, kemajuan barat Karena meninggalkan injil dan kemudian beralih menelaah kembali karangan para karangan sarjana muslim yang mereka peroleh dari prosis tadabbur mendalam terhadap pesan-pesan dal kitab suci.



Read more »

Hermeunetika Studi Al Qur’an ala Liberal

               Oleh : Kang Ahmed
  Hermenuetuka secara etimologi 
             diambil dari kata Yunani, “hermenuin”, yang berarti tafsir dan penjelasan serta penerjemahan. Ketika dipindah ke dalam ranah teologi seperti kondisi waktu itu, maka ditemukan bahwa bahasa wahyu ketuhanan yang tidak jelas sangat membutuhkan penjelasan tentang kehendak Tuhan agar dapat sampai kepada pemahaman tentang itu, bagitu juga agar dapat mentransformasikannya sesuai dengan kondisi kontemporer.[1]Kedua kata tersebut merupakan derivate dari kata “hermes”, yang dalam metodologi yunani dikatakan sebagai dewa yang diutus oleh zeus (tuhan) untuk menyampaikan pesan dan berita kepada manusia di bumi.[2]  
 Hermeunetik secara Terminologi
            Dalam terminology modern, hermeneutika-seperti yang di katakana Gadamer (1900-2002M)- berupaya mengatasi problem pemahaman dengan meringkas makna serta usaha menguasainya dengan media undang-undang apa pun. Maksudnya, ilmu yang digunakan dalam rangka mencari pemahaman teks secara umum, yaitu dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan beragam dan saling berkaitan seputar teks dari segi karekteristiknya dan hubungannya dengan pengarangan teks serta pembacanya dari sisi yang lain.[3]
Definisi lain menurut para filsuf hermeneutika sebagai berikut ini.
       1.      Jhon Martin Caladinus (1710-1759 M)
             Hermeneutika adalah seni menggapai pemahaman sempurna tentang ungkapan-ungkapan verbal dan              tertulis.
       2.      Fredrich August Wolf (1785-1807 M)
             Hermeneutika adalah pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang membantu memahami  makna-                      makna tanda.
       3.      Fredrich D. Ernest Schleirmacher (1768-1834)
             Ia melihat hermeneutika sebagai seni memahami dan menguasai.
       4.      Papner (1979 M)
             Bahwa hermeneutika adalah proyek pamahaman.
             Akar historis hermeneutika
            Kisahnya cukup panjang.Teks berawal bersama Yunani kuno berupa kode-kode simbolik.Kemudian hermeneutika pindah ke tangan orang-orang ibrani (Yahudi) dan Philon of Alexandria memiliki perang penting yang menggabungkan antara aliran simbolis dan filsafat yunani.Talmud mengandung penjelasan-penjelasan lama yang terbentuk dalam waktu 8 abad antara abad ke-2 SM hingga abad ke-6 SM sehingga mereka dikenal dengan sebutan ahli kitab dan takwil.Mereka serius membuat kaidah-kaidah untuk penkwillan sehingga tampaklah di antara mereka kaum literalis seperti shaduqiin dan Qori’in, tetapi tafsir simbolis tetap paling digandrungi khususnya dikalangan Qobbalah.[4]

             Hermeneutika juga muncul dari teologi tradisi Kristen. Pada Ensiklopedi Britanica edisi 15 yang terbit tahun 1985 M menyatakan, “hermeneutika adalah kajian tentang kaidah-kaidah umum untuk menafsirkan bible , dan tujuan utama dari hermeneutika dan metode-metode takwil yahudi dan Nasrani sepanjang sejarahnya adalah untuk menyingkap kebenaran dan nilai dari bible.”[5]

         Teori Aplikasi hermeneutika dalam studi Al qur’an
         Apakah metode hermeneutika bisa diterapkan untuk Al-Qur’an ?untuk menjawabnya, ada dua hal yang perlu ditelaah.
1.      Perlu dilakukan studi komparasi antara konsep teks Al-Qur'an dan konsep teks bible.
2.      Perbandingan antara sejarah perdaban islam dan perdaban barat (Kristen-eropa).[6]
Kajian terhadap kedua hal ini dengan serius akan memberikan jawaban, bahwa ada perbedaan yang mendasar antara konsep teks dan perkembangan perdaban islam dan barat.
Dalam hal ini Prof. Wan juga mengkritik dosen pembimbingnya di Chicago University, yaitu Prof.Fazlur Rahman, yang mengaplikasikan hermeneutika untuk menafsirkan ayat-ayat  Al-Qur'an. Kata Prof. Wan Mohd Nor :
“konsekuensi dari pendekatan hermeneutika ke atas system epistemology islam termasuk segi perundangannya sangatlah besar dan saya fikir agak berbahaya. Yang paling utama saya kira ialah penolaknnya terhadap penafisiran yang final dalam sesuatu masalah, bukan hanya masalah agama dan akhlak, malah juga masalah-masalah keilmuan lainnya. Keadaan ini dapat menimbulkan kekacauan nilai, akhlak dan ilmu pengatahuan; dapat memisahkan  hubungan aksiologi antara generasi, antar agama dan kelompok manusia. Hermeneutika teks-teks agama barat bermula dengan masalah besar: 1). Ketidakyakinan tentang kesahihan teks-teks tersebut oleh para ahli dalam bidang itu sejak dari awal karena tidak adanya bukti materiil teks-teks yang paling awal, 2). Tidak adanya laporan-laporan tentang tefsiran yang boleh diterima umum, yakni ketiadaan tradisi mutawatir dan ijma’ dan 3).tidak adanya sekelompok manusia yang menghafal teks-teks yang telah hilang itu. Ketiga masalah ini tidak terjadi dalam sejarah islam, khususnya dengan masalah Al-Qur'an. Jika kita mengadopsi satu kaedah ilmiyah tanpa mempertimbangkan latar belakang sejarahnya, maka kita akan mengalami kerugian besar. Sebab kita akan meninggalkan metode kita sendiri yang telah begitu sukses membantu kita memahami sumber-sumber agama kita dan juga telah membantu kita menciptakan peradaban internasional yang  unggul dan lama.”[7]
Kemudian Dr. Adian Husaini melihat setidaknya ada tiga persoalan besar ketika hermeneutika diterapkan pada teks Al-Qur'an.Hal ini terjadi karena adanya spirit yang inheren dalam hermeneutika itu sendiri.
1.      Hermeneutika menghendaki sikap yang kritis dan bahkan cenderung curiga. Sebuah teks bagi seorang hermeneunt tidak bias lepas dari kepentingan-kepentingan tertentu, baik dari si pembuat teks maupun budaya masyarakat pada saat teks itu dilahirkan. Ungkapan klasik Nietszhe sering dijadikan pegangan, bahwa “ jangan lihat apa yang dikatakan, tetapi lihat siapa yang mengatakan dan mengapa itu dikatakan serta apa kepentingan dibalik itu semua.”
Dalam konteks Al-Qur'an, upaya mengumpulkan naskah-naskah Al-Qur'an pada masa Khalifah Utsman Bin Affan, yang dikenal dengan Mushaf  Utsmanisering kemudian dicurigai sebagai upaya hegemoni budaya Arab Quraisy terhadap budaya-budaya yang lain. Karenanya, semangat arabisme yang kuat perlu diwaspadai. Yang perlu diambil dari Al-Qur'an adalah prinsip-prinsip pokok yang merupakan ajaran universal islam, seperti nilai-nilai persamaan, keadilan dan sebagainya. Adapun yang sifatnya tehnis-praktis, itu lebih merupakan upaya Nabi mengkontekskan Al-Qur'an pada masyarakat Arab abad ke-7, sesuatu yang tentunya tidak lagi relevan dengan kondisi sekarang.
2.      Hermeneutika cenderung memandang teks sebagai produk budaya (muntaj staqofi), dan abai terhadap hal-hal yang sifatnya trasenden (illahiyyah). Dalam bingkai hermeneutika,Al-Qur'an jelas tidak mungkin dipandang sebagi wahyu Tuhan, lafadz dan makna sebagai dipahami mayoritas umat isla, tetapi ia merupakan produk budaya atau setidaknya wahyu tuhan yang dipengaruhi oleh budaya arab, yakni budaya di mana wahyun diturunkan. Anggapan adanya berbagai kemukjizatan dalam bahasa Al-Qur'an kemudian menjadi sesuatu uang tereduksi dan senderugn dipandang sebelah mata.
3.      Aliran hermeneutika sangat plural, karenanya kebenaran tafsir ini menjadi sangat relative, yang pada gilirannya menjadi repot untuk diterapkan. Secara wacana boleh jadi ia sangat bagus, tetapi kadang sangat sulit untuk deterapakan dilapangan. Padahal dalam Islam, ada semacam keharusan, bahwa sebuah wacana selain pas dengan logika penalaran (thinkable), juga harus seirama dengan logika kesejarahan (applicable). Al-Qur'an diturunkan tidak hanya untuk diwacanakan, tetapi lebih dari itu, bagaimana agar ia bisa diterapkan.[8]




[1] Fahmi Salim, Kritik terhadap Studi Al qur’an kaum liberal. Hal 51
[2] Dr. Syamsuddin Arif, Oreintalis dan diabolisme pemikiran. hal, 178
[3] Fahmi Salim, Kritik terhadap Studi Al qur’an kaum liberal. Hal 52

[4] Fahmi Salim, Kritik terhadap Studi Al qur’an kaum liberal. Hal 52
[5] Fahmi Salim, Kritik terhadap Studi Al qur’an kaum liberal. Hal 124
[6]Adian husaini, Hegemoni Kristen –barat. Hlm 190
[7]Adian husaini, Hegemoni Kristen –barat. Hlm 192
[8] Dr. Adian Husaini, hegemoni Kristen-barat. Hlm  153
Read more »

Mengenal Ilmu Mantiq (Logika)

Sebelum kita memasuki Fan tentu kita harus tahu gambaran keseluruhannya, agar ketika masuk dalam fantersebut akan lebih mudah dan bisa memahami lebih dalam.

Imam Shobban Rahimahullah (Sohibul Hawasyi An-Nafi`ah) mengatakan, setidaknya dalam menggambarkan  suatu fan kita harus tau sepuluh rincian, yaitu Had (Definisi), Maudhu` (Pembahasan), Manfaat dan Keutamaan, Hubungannya dengan ilmu lain, Penemu, Nama lain, Asal Pengambilan, Hukumnya, dan Masail.  Dalam baitnya :

ان مبادئ كل فن عشرة الحد والموضوع ثم الثمرة وفضله ونسبة والواضع الاسم الاستمداد حكم الشارع فمسائل والبعضب البعض اكتفى ومن درى الجميع نال الشرفا

1.   Had (Definisi)
Secara bahasa mantiq adalah masdar mimi, dan kata kerjanya adalah nathaqa-yanthiqu-nuthqan-wa manthiqan yang berarti takallama (berbicara). An-Nuthqu mempunyai dua makna, lisaniy (yang berasal dari lisan, yang berupa lafal), dan nasfiy (yang ada dalam diri manusia berbentuk buah pikiran). Yang dimaksud dalam pembahasan kali ini adalah yang kedua, yaitu buah pikiran/akal manusia.

Dalam kitan Iisaghuji karangan Imam Atsir Ad-Din yang disayarahkan oleh Syaikh Al-Islam Zakariya Al-Anshori, secara Istilah Mantiq adalah :

Sebuah kumpulan kaidah yang digunakan dalam berfikir, dimana jika seorang menjaganya akan terhindar dari kesalahan dalam mencapai tujuan  berfikir.

Dari ta`rif diatas kita bisa mengetahui, inti dari mantiq adalah sebuah aturan dalam berfikir, yang  dengan aturan tersebut seseorang akan terhindar dari kesalahan dalam mencapai pengetahuan yang baru.

Sebagai contoh, jika kita tidak mengetahui arti dari kata Kuda. Untuk mengetahuinya, kita harus menyebutkan jenisnya dahulu kemudian diffrensia/fashl ( ciri pembeda) dari hewan lainnya. Dengan begitu kita akan mengatakan “Kuda adalah Hewan yang meringkik”. Hewan merupakan jenis dari kuda, dan meringkik merupakan pembedanya dari hewan lain, maka akan tergambar dengan jelas makna dari kata Kuda.

Definisi Mantiq diatas adalah dengan mennyebutkan faidah, yang kita kenal dengan Ta`rif bi Ar-Rosm (ciri eksternal). Ta`rif bi Ar-Rosm (seperti definisi yang menggunakan tujuan dan manfaat) lebih dikedepankan untuk orang yang belum mengenal sebelumnya terhadap hakikat sesuatu.

2. Maudhu` (Pembahasan)
Tentunya setiap ilmu mempunyai pembahasan yang berbeda dengan ilmu lainnya, dan mustahil akan adanya satu maudhu` yang sama dalam dua ilmu yang berbeda.

Mantiq membahas Ma`lum Tahsawuri (pengetahuan konsepsi) dan Tasdhiqiy (pengetahuan relasio).

Yang harus digaris bawahi adalah, Mantiq tidak membahas pada sisi lafal. Pada aslinya mantiq tidak membahas lafal, akan tetapi pada makna lafal. Namun karena makan tak bisa diketahui kecuali dengan adanya lafal, maka lafal dimasukan kedalam ilmu mantiq sebagai muqoddimah  dan bukan sebagai pembahasan asli. Begitu juga, mantiq bukanlah cabang dari ilmu filsafat, namun sebagai muqaddimah untuk masuk kedalam filasafat dan ilmu lainnya.

3. Manfaat
Menghindarkan pola yang berpikir yang salah dalam berfikir. Dengan catatan jika seorang menjaga kaidah-kaidahnya.

4. Hubungan Dengan Ilmu Lainnya
Ilmu Syar`i terbagi manjadi dua, alat dan maqasid. Dalam hal ini, mantiq termasuk ilmu alat yang dibutuhkan untuk masuk kedalam banyak fan. Mantiq merupakan asas dalam setiap ilmu, sehingga mantiq merupakan dasar bagi setiap orang. Bahkan Imam Gozali menamai kitab mantiqnya dengan nama Mi`yarul Ulum.

5. Penemu 
Pendapat yang masyhur, penemunya adalah Aristoteles. Dalam pendapat lain mengatakan penemunya adalah Fara`inah (orang-orang Mesir kuno). Adapula yang mengatakan Al-Hunud (orang-orang India zaman dahulu). Namun yang mu`tamad adalah yang pertama.

6.Nama Lain
Fan ini mempunyai beberapa nama selain dengan nama Mantiq. Contohnya Al-Mizan, dan Mi`yarul Ulum.

7.Pengambilan
Asal pengambilan Fan ini adalah dari Akal sehat manusia. Sebenarnya, secara fitrah mantiq sudah ada dalam diri manusia hanya saja belum dijadikan sebagai kaidah yang paten.

8.Hukumnya
Ada perbedaan pandangan dikalangan Ulama. Pertama, mengatakan haram secara mutlak seperti Ibnu Shalah RA dan Imam Nawawi RA. Kedua, membolehkan secara mutlak, seperti Imam Ghazaliy RA. Ketiga, mengatakan boleh dengan syarat, jika seorang itu sudah ada dibekal oleh Al-Qur`an dan Sunnah maka boleh, seperti yang dipilih oleh Imam Akhdoriy RA dalam nazamnya.

Perbedaan pendapat diatas sebenarnya kembali pada mantiq yang tercampuri oleh akidah filsafat. Seperti yang tertera dalam kitab Thawali` karangan Imam Baidhawiy RA. Sehingga yang dikhawatirkan jika seorang mempelarinya akan terjerumus pada syubuhat yang disebutkan dalam kitab tersebut.

Seiring dengan berjalannya waktu dan jerih payah ulama, maka sekarang mantiq dalam dunia islam sudah dibersihkan dari aqidah filsafat, tidak seperti zaman Imam Nawawi RA dan Ibnu Shalah RA. Bahkan Mantiq digunakan dalam banyak hal untuk pijakan kedalam beberapa Ilmu syar`i. Seperti kitab sullam, isaghujiyataupun tahdzibul mantiq semunya terlepas dari aqidah filsafat. Sehingga kekhawatiran sudah tidak terjadi. Dengan begitu, hukum untuk mempelajari mantiq yang sudah tidak tercampur aqidah filsafat adalah boleh, bahkan fardhu kifayah.

9. Masail (Permasalahan)
Permasalahan yang ada dalam ilmu Mantiq ada empat : tashawwur (mabadi` dan maqashid), dan tashdiq (mabadi` dan maqashid).

Mabadi` tashawwur adalah kuliyatul khams, sedangkan Maqashidnya Qoul Syarih (Definisi). Mabadi` Tasshdiq adalah Qodhoya wa Ahkamuha (Al-Aks dan At-Tanaqudh), sedangkan Maqashidnya adalah (Al-Qiyas/Burhan/Hujjah/Dalil).

10. Keutamaan
Ilmu ini merupakan timbangan bagi setiap ilmu. Dengan tidak mempelajari ini, banyak para cendekiawan mengalam kontradiksi dalam kata-katanya tanpa ia rasakan. Inilah salah satu point terpenting dari mantiq, menjauhkan manusia dari kontradiksi dalam ucapannya.

Imam Ghazaliy RA berkata : Siapa yang tak mempelajari mantiq, makan tidak ada ke-tsiqohan dalam ilmunya.


Oleh : Aditya Kemal
Wallahu`alam


Read more »

Istilah Dalam Ilmu Mantiq

Oleh : Aditya Kemal
Muqoddimah Mantiq merupakan ilmu yang bertujuan memelihara akal dari kesalahan dalam berfikir. Dengan begitu, tujuan dari Mantiq adalah memelihari akal manusia sehingga bisa berfikir lebih sistematis dan logis. Dalam satu ungkapan Imam Ghozali RA  mengatakan "man lam ya`rif al-mantiq laa tisgota lahuu bi `ilmihi (siapa yang tak mempelajari ilmu mantiq, maka tak ada ke-tsiqohan dalam ilmunya)". Berikut Istilah-Istilah mantiq yang telah diterjemahkan kedalam Bahasa Kontemporer :

Mantiq                        = Ilmu Logika
Qiyas Burhani               = Demonstrasi / Silogisme
Contohnya : Alam ini sifatnya berubah-ubah, segala yang berubah adalah baru (diciptakan), berti alam ini adalah baru (diciptakan).

Kulliyatul Khams
Jins                             = Genus, contohnya  lafal "hewan"
Nau'                            = Species, contohnya lafal "Manusia" 
Fashl                            = Deffrensia, contohnya lafal "Berfikir"
Al-'Aradh al-Khâshah       = Aksiden Khusus, contohnya lafal "Menulis"
Al-'Aradh al-Âm              = Aksiden Umum, contohnya lafal "Tertawa"
Kegunaan Kulliyatul Khams ini untuk membuat satu definisi yang benar. Misalnya saja, jika kita ingin mengetahui makna dari kata "Kuda". Maka kita harus mendatangkan jenis dari kuda dahulu, yaitu hewan. Kemudian kita harus memisahkan makna kuda dari makna hewan lainnya, kita butuh diffrensia (fashl), dan fashl untuk kuda adalah meringkik. Maka kita akan mengatakan, kuda adalah hewan yang meringkik.

Istilah Lainnya yang berkaitan 
Rasm                             = Ciri Eksternal  
Jauhar                           = Substansi
Tashawwur                     = Konsepsi (pengetahuan konseptual)
Tashdiq                          = Pengetahuan Relasio
Qiyas Burhani                  = Demonstrasi / Silogismenal
Nazhariyah                      = Teori 
Qadhiyyah                       = Proposisi
Al-Badahiyyat                   = A Priori/aksioma
Dhoruri                            = A Priori
Nazhori                            = posteriori
Musallamah                      = Aksioma
Kully                               = Universal
Juz'iy                               = Partikular
Itsbât                              = Affirmatif / Affirmasi
Nafyun                            = Negatif / Negasi
Al-Lâmutanâhi                   = Infinite                          
Azali                                = Infinite in the past
Abadi                              = Infinite in the future
Prima Pricipia                    = Prinsip-prinsip dasar dalam logika
Qanun adz-Dzatiyah           = PI (Prinsip Identitas) A=A, A=/= ~A
Qanun adamu jam'un Naqidhaini       = PNK (Prinsip Non Kontradiksi)
Qanun adamu raf'un Naqidhaini        = PKN (Prinsip Keniscayaan Nilai)
At-Tanâqudh ad-Dâkhili                   = Kontradiksi internal         
Wujud                                          = Eksistensi/Entitas
Dzat                                             = Zat
Shifat                                          = Atribut/properti
Al-Wujûd al-Khâriji                         = Dunia Nyata/Realita/Dunia Kongkret
Al-Wujûd az-Dzihni                        = Dunia Konseptual / Alam Abstrak / Fakultas mental
Al-Qâim binafsihi                           = Eksistensi Independen
Al-Qâim bighairihi                           = Eksistensi Dependen
Bi Al-Quwwah                              = Faktual
Wâjib al-Wujûd bi Dzâtihi               = Entitas yang (Niscaya-Ada) secara independen (mandiri) atau Pure Existence
Wâjib al-Wujud bi Ghairihi              = Entitas yang (Niscaya-Ada) karena faktor luar atau Actual/Necessary Existance
Mumkinul Wujud                          = Keberadaan oleh agen luar/ Contingent being/potential existence
Mustahil                                     = Absurd
Nisbah/alaqah/idhafah                   = Relasi
Nazoriyatul Wujud                        = Ontologi (Teori tentang keberadaan)
Nazoriyatul Ma'rifah                      = Epistemologi (Teori ttng Ilmu Pengetahuan)
As-Sabru wat-Taqsim                   = Teori Eksplosi
Al-'Illah al-Ûla                              = Prima Causa
Sebab-Akibat                            = Kausalitas
Mutakallimun                            = Teolog Muslim
Al-Lâ adriyah (Sufsathoiyah)        = Agnostisme
Kosmologis                                = Pandangan tentang alam semesta
Silogisme                                  = Qiyas burhani (aristhi)
                                        Jika A = B
                                        Dan B = C
                                        Maka A = C
                                       
Silogisme Konjungtif                   = Qiyas yang menggunakanqadhiyah syartiyah muttashilah
                                         A --> B
                                        ~      B
                                        ~      A
                                        Jika A maka B, Bukan B, maka bukan A

Silogisme Disjungtif             = Qiyas yang menggunakan qadhiyah syarthiyah munfashilah
                                        A v B
                                        ~     A
                                        B
                                        A atau B, bukan A, maka B

Premis Mayor                                  = Mukaddimah Kubra
Premis Minor                                   = Mukaddimah sugra
Tanda (~)                                      = Negasi berarti tidak/non
Tanda (v)                                      = Or/atau
Tanda (^)                                     = Dan
Tanda panah (-->)                          = Maka
Qanun Adz-Dzatiyah                        = PI (Prinsip Identitas) A=A, A=/= ~A
Qanun adamu jam'un Naqidhaini        =PNK (Prinsip Non Kontradiksi)
Qanun adamu raf'un Naqidhaini         =PKN (Prinsip Keniscayaan Nilai)

*semoga bermanfaat, minallahit tawfiq
Read more »

Menjelajah Waktu

          Perubahan alam yang terus berganti, menandakan seluruh makhluk hidup terikat oleh waktu. tidak ada yang terlepas darinya meskipun lari ke ruang angkasa. sehingga seakan-seakan waktu adalah sebuah menifestasi dari sebuah kehancuran. segala sesuatu yang terikat oleh waktu pasti akan binasah, baik cepat atau lambat. ketakutan akan hal itu, muncul lah golongan atau kelompok yang di sebut dahriyyah, yaitu mereka meyakini yang menghancurkan segala sesuatu adalah waktu. tapi, pada hakikatnya Allah lah yang tidak terikat ruang, arah dan waktu. maka Allah sebagai wujud 'ala (wujud tertinggi) sebagai pencipta segalanya. 
     melihat keadaan manusia yang lemah ini, perlu sekali mengatur waktu sebagai kendaran yang menghantarkan kepada tujuannya. para tokoh terkemuka di dunia, sungguh mereka yang dapat memeneg waktu sedemikian rupa. tidak ada waktu kosong kecuali mereka manfaatkan dengan sebaiknya. merka curahkan segala kemampuan, daya dan upaya untuk suatu tujuan yang paling dinginkan oleh mereka. meskipun banyak sekali interpretasi mengenai sebuah kesuksesan. tapi sebagai muslim, kesuksesan sejati adalah ketika menikmati wangi surga dan terlepas dari api neraka. maka dari itu, para ulama kita telah sangat berjasa dalam menunjukan manusia ke jalan Ilahi. dengan harapan ridlo Allah semata. 
       
 pada zaman post-modern ini, dan maju nya perdaban manusia dari berbagai bidang. memaksa menutut segala kebutuhan manusia, berupa hiburan, kebutuhan pangan, dll. tidak heran pada dewasa ini, orang-orang berbondong-bongong menikmati segala fasilitas dan tren hidup. kemudian lupa berapa lama ia menghabiskan waktunya hanya untuk memburu kesenangannya, meskipun pada awalnya mungkin untuk pelepas kepengatan hidup. tapi lambat laun ia menjadi tren hidup yang banyak diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat. di tambah lagi dengan sarana komunikasi yang luar biasa, dan jejaring sosial. menawarkan berbagai kemudahan yang patut disyukuri. tapi sayang ia tidak mengenal umur, banyak remaja kita terlena terhadap tugas mereka sabagai generasi bangsa dan agama. dengan sesuatu yang pada hakikatnya tidak begitu urgen bagi seorang pelajar. dengan pola kehidupan modern, banyak dari remaja kita terlindas oleh waktu karena zaman telah menyilaukan mata. hingga rabun dalam memandang realita kehidupan yang ideal bagi seorang muslim. 
       dalam surat al-ashr Allah bersumpah dengan waktu. kemudian juga Allah bersumpah dengan waktu fajar dan pagi. permulaan rutinitas seorang muslim berawal dari waktu subuh. kerana pada saat fajar adalah waktu terbaik untuk memulai aktifitas, sampai Rasulullah berdoa untuk keberkahan umatnya pada waktu fajar. Rasulullah bersabda: 
الهم بارك أمتي في بكورها
artinya : " ya Allah berkahilah umatku pada waktu fajar."
          kemudian setiap detik harus diisi dengan kebaikan jika tidak, maka akan terisi dengan keburukan, itulah kaidanya. karena setiap napas dan detik yang di lalui akan diminta pertanggungjawabannya di hari pembalasan kelak. kepada Allah lah aku meminta perlindungan, dan kepada-NYA tempat ku bersandar...
      

Read more »

Fatwa Menggunakan Obat Inheler Ketika Berpuasa Ramadhan

Apa hukum Menggunakan Obat Inheler Ketika Berpuasa Ramadhan ?
Jawaban Dewan Fatwa ;
       obat inheler merupakan alat yang digunakan untuk penderita asma. alat ini berisi obat cairan yang disimpan dalam sebuah tabung berisi gas yang berfungsi untuk mendorong keluar obat cairan tersebut ketika dihisap oleh pasien melalui mulutnya. obat ini berfungsi untuk melapangkan saluran napas, sehingga mengembalikan proses pernapasan seperti sedia kala.
       menggunakan obat hisap ini membatalkan puasa, karena alat tersebut berfungsi memasukan cairan obat yang berada di dalamnya dalam bentuk percikan ke dalam rongga tubuh melalui lubang terbuka yaitu mulut. pendapat yang mengatakan bahwa cairan yang masuk dalam tubuh itu hanyalah gas tidak benar, tapi ia merupakan gas yang berisi percikan-percikan lembut dari obat yang dikandungnya.
         dengan demikian, orang yang tidak dapat meninggalkan obat ini dalam proses pengobatannya dibolehkan untuk tidak berpuasa. bahkan, jika ia khawatir bila tidak menggunakan obat tersebut dapat menyebabkan kematiannya maka ia wajib tidak berpuasa, meskipun itu berlangsung lama atau sepanjang hidupnya.
         jika menurut dokter yang dapat dipercaya penyakitnya tidak dapat disembuhkan, maka ia wajib mengeluarkan fidyah. yaitu memberi makan seorang fakir miskin untuk setiap hari yang ia tinggalkan. jika ternyata ia sembuh dalam penyakitnya dan mampu malaksanakan puasa, maka ia tidak wajib mengqodho kembali puasa yang ia tinggalkan. karena fidyah yang ia bayarkan telah cukup mengganti puasa itu. hal itu karena kewajiban puasa telah gugur darinya dan tidak termasuk dalam  mukallaf yang menjadi obyek perintah puasa itu. karena, berdasarkan pendapat yang paling shohih. dalam keadaan ini kewajiban fidyah atas dirinya merupakan merupakan kewajiban awal, bukan kewajiban pengganti karena tidak dapat berpuasa.
Allahu 'Alam bi Showab....
sumber http://www.dar-alifta.org

Read more »