Mengenal Ilmu Mantiq (Logika)

Sebelum kita memasuki Fan tentu kita harus tahu gambaran keseluruhannya, agar ketika masuk dalam fantersebut akan lebih mudah dan bisa memahami lebih dalam.

Imam Shobban Rahimahullah (Sohibul Hawasyi An-Nafi`ah) mengatakan, setidaknya dalam menggambarkan  suatu fan kita harus tau sepuluh rincian, yaitu Had (Definisi), Maudhu` (Pembahasan), Manfaat dan Keutamaan, Hubungannya dengan ilmu lain, Penemu, Nama lain, Asal Pengambilan, Hukumnya, dan Masail.  Dalam baitnya :

ان مبادئ كل فن عشرة الحد والموضوع ثم الثمرة وفضله ونسبة والواضع الاسم الاستمداد حكم الشارع فمسائل والبعضب البعض اكتفى ومن درى الجميع نال الشرفا

1.   Had (Definisi)
Secara bahasa mantiq adalah masdar mimi, dan kata kerjanya adalah nathaqa-yanthiqu-nuthqan-wa manthiqan yang berarti takallama (berbicara). An-Nuthqu mempunyai dua makna, lisaniy (yang berasal dari lisan, yang berupa lafal), dan nasfiy (yang ada dalam diri manusia berbentuk buah pikiran). Yang dimaksud dalam pembahasan kali ini adalah yang kedua, yaitu buah pikiran/akal manusia.

Dalam kitan Iisaghuji karangan Imam Atsir Ad-Din yang disayarahkan oleh Syaikh Al-Islam Zakariya Al-Anshori, secara Istilah Mantiq adalah :

Sebuah kumpulan kaidah yang digunakan dalam berfikir, dimana jika seorang menjaganya akan terhindar dari kesalahan dalam mencapai tujuan  berfikir.

Dari ta`rif diatas kita bisa mengetahui, inti dari mantiq adalah sebuah aturan dalam berfikir, yang  dengan aturan tersebut seseorang akan terhindar dari kesalahan dalam mencapai pengetahuan yang baru.

Sebagai contoh, jika kita tidak mengetahui arti dari kata Kuda. Untuk mengetahuinya, kita harus menyebutkan jenisnya dahulu kemudian diffrensia/fashl ( ciri pembeda) dari hewan lainnya. Dengan begitu kita akan mengatakan “Kuda adalah Hewan yang meringkik”. Hewan merupakan jenis dari kuda, dan meringkik merupakan pembedanya dari hewan lain, maka akan tergambar dengan jelas makna dari kata Kuda.

Definisi Mantiq diatas adalah dengan mennyebutkan faidah, yang kita kenal dengan Ta`rif bi Ar-Rosm (ciri eksternal). Ta`rif bi Ar-Rosm (seperti definisi yang menggunakan tujuan dan manfaat) lebih dikedepankan untuk orang yang belum mengenal sebelumnya terhadap hakikat sesuatu.

2. Maudhu` (Pembahasan)
Tentunya setiap ilmu mempunyai pembahasan yang berbeda dengan ilmu lainnya, dan mustahil akan adanya satu maudhu` yang sama dalam dua ilmu yang berbeda.

Mantiq membahas Ma`lum Tahsawuri (pengetahuan konsepsi) dan Tasdhiqiy (pengetahuan relasio).

Yang harus digaris bawahi adalah, Mantiq tidak membahas pada sisi lafal. Pada aslinya mantiq tidak membahas lafal, akan tetapi pada makna lafal. Namun karena makan tak bisa diketahui kecuali dengan adanya lafal, maka lafal dimasukan kedalam ilmu mantiq sebagai muqoddimah  dan bukan sebagai pembahasan asli. Begitu juga, mantiq bukanlah cabang dari ilmu filsafat, namun sebagai muqaddimah untuk masuk kedalam filasafat dan ilmu lainnya.

3. Manfaat
Menghindarkan pola yang berpikir yang salah dalam berfikir. Dengan catatan jika seorang menjaga kaidah-kaidahnya.

4. Hubungan Dengan Ilmu Lainnya
Ilmu Syar`i terbagi manjadi dua, alat dan maqasid. Dalam hal ini, mantiq termasuk ilmu alat yang dibutuhkan untuk masuk kedalam banyak fan. Mantiq merupakan asas dalam setiap ilmu, sehingga mantiq merupakan dasar bagi setiap orang. Bahkan Imam Gozali menamai kitab mantiqnya dengan nama Mi`yarul Ulum.

5. Penemu 
Pendapat yang masyhur, penemunya adalah Aristoteles. Dalam pendapat lain mengatakan penemunya adalah Fara`inah (orang-orang Mesir kuno). Adapula yang mengatakan Al-Hunud (orang-orang India zaman dahulu). Namun yang mu`tamad adalah yang pertama.

6.Nama Lain
Fan ini mempunyai beberapa nama selain dengan nama Mantiq. Contohnya Al-Mizan, dan Mi`yarul Ulum.

7.Pengambilan
Asal pengambilan Fan ini adalah dari Akal sehat manusia. Sebenarnya, secara fitrah mantiq sudah ada dalam diri manusia hanya saja belum dijadikan sebagai kaidah yang paten.

8.Hukumnya
Ada perbedaan pandangan dikalangan Ulama. Pertama, mengatakan haram secara mutlak seperti Ibnu Shalah RA dan Imam Nawawi RA. Kedua, membolehkan secara mutlak, seperti Imam Ghazaliy RA. Ketiga, mengatakan boleh dengan syarat, jika seorang itu sudah ada dibekal oleh Al-Qur`an dan Sunnah maka boleh, seperti yang dipilih oleh Imam Akhdoriy RA dalam nazamnya.

Perbedaan pendapat diatas sebenarnya kembali pada mantiq yang tercampuri oleh akidah filsafat. Seperti yang tertera dalam kitab Thawali` karangan Imam Baidhawiy RA. Sehingga yang dikhawatirkan jika seorang mempelarinya akan terjerumus pada syubuhat yang disebutkan dalam kitab tersebut.

Seiring dengan berjalannya waktu dan jerih payah ulama, maka sekarang mantiq dalam dunia islam sudah dibersihkan dari aqidah filsafat, tidak seperti zaman Imam Nawawi RA dan Ibnu Shalah RA. Bahkan Mantiq digunakan dalam banyak hal untuk pijakan kedalam beberapa Ilmu syar`i. Seperti kitab sullam, isaghujiyataupun tahdzibul mantiq semunya terlepas dari aqidah filsafat. Sehingga kekhawatiran sudah tidak terjadi. Dengan begitu, hukum untuk mempelajari mantiq yang sudah tidak tercampur aqidah filsafat adalah boleh, bahkan fardhu kifayah.

9. Masail (Permasalahan)
Permasalahan yang ada dalam ilmu Mantiq ada empat : tashawwur (mabadi` dan maqashid), dan tashdiq (mabadi` dan maqashid).

Mabadi` tashawwur adalah kuliyatul khams, sedangkan Maqashidnya Qoul Syarih (Definisi). Mabadi` Tasshdiq adalah Qodhoya wa Ahkamuha (Al-Aks dan At-Tanaqudh), sedangkan Maqashidnya adalah (Al-Qiyas/Burhan/Hujjah/Dalil).

10. Keutamaan
Ilmu ini merupakan timbangan bagi setiap ilmu. Dengan tidak mempelajari ini, banyak para cendekiawan mengalam kontradiksi dalam kata-katanya tanpa ia rasakan. Inilah salah satu point terpenting dari mantiq, menjauhkan manusia dari kontradiksi dalam ucapannya.

Imam Ghazaliy RA berkata : Siapa yang tak mempelajari mantiq, makan tidak ada ke-tsiqohan dalam ilmunya.


Oleh : Aditya Kemal
Wallahu`alam


0 komentar:

Istilah Dalam Ilmu Mantiq

Oleh : Aditya Kemal
Muqoddimah Mantiq merupakan ilmu yang bertujuan memelihara akal dari kesalahan dalam berfikir. Dengan begitu, tujuan dari Mantiq adalah memelihari akal manusia sehingga bisa berfikir lebih sistematis dan logis. Dalam satu ungkapan Imam Ghozali RA  mengatakan "man lam ya`rif al-mantiq laa tisgota lahuu bi `ilmihi (siapa yang tak mempelajari ilmu mantiq, maka tak ada ke-tsiqohan dalam ilmunya)". Berikut Istilah-Istilah mantiq yang telah diterjemahkan kedalam Bahasa Kontemporer :

Mantiq                        = Ilmu Logika
Qiyas Burhani               = Demonstrasi / Silogisme
Contohnya : Alam ini sifatnya berubah-ubah, segala yang berubah adalah baru (diciptakan), berti alam ini adalah baru (diciptakan).

Kulliyatul Khams
Jins                             = Genus, contohnya  lafal "hewan"
Nau'                            = Species, contohnya lafal "Manusia" 
Fashl                            = Deffrensia, contohnya lafal "Berfikir"
Al-'Aradh al-Khâshah       = Aksiden Khusus, contohnya lafal "Menulis"
Al-'Aradh al-Âm              = Aksiden Umum, contohnya lafal "Tertawa"
Kegunaan Kulliyatul Khams ini untuk membuat satu definisi yang benar. Misalnya saja, jika kita ingin mengetahui makna dari kata "Kuda". Maka kita harus mendatangkan jenis dari kuda dahulu, yaitu hewan. Kemudian kita harus memisahkan makna kuda dari makna hewan lainnya, kita butuh diffrensia (fashl), dan fashl untuk kuda adalah meringkik. Maka kita akan mengatakan, kuda adalah hewan yang meringkik.

Istilah Lainnya yang berkaitan 
Rasm                             = Ciri Eksternal  
Jauhar                           = Substansi
Tashawwur                     = Konsepsi (pengetahuan konseptual)
Tashdiq                          = Pengetahuan Relasio
Qiyas Burhani                  = Demonstrasi / Silogismenal
Nazhariyah                      = Teori 
Qadhiyyah                       = Proposisi
Al-Badahiyyat                   = A Priori/aksioma
Dhoruri                            = A Priori
Nazhori                            = posteriori
Musallamah                      = Aksioma
Kully                               = Universal
Juz'iy                               = Partikular
Itsbât                              = Affirmatif / Affirmasi
Nafyun                            = Negatif / Negasi
Al-Lâmutanâhi                   = Infinite                          
Azali                                = Infinite in the past
Abadi                              = Infinite in the future
Prima Pricipia                    = Prinsip-prinsip dasar dalam logika
Qanun adz-Dzatiyah           = PI (Prinsip Identitas) A=A, A=/= ~A
Qanun adamu jam'un Naqidhaini       = PNK (Prinsip Non Kontradiksi)
Qanun adamu raf'un Naqidhaini        = PKN (Prinsip Keniscayaan Nilai)
At-Tanâqudh ad-Dâkhili                   = Kontradiksi internal         
Wujud                                          = Eksistensi/Entitas
Dzat                                             = Zat
Shifat                                          = Atribut/properti
Al-Wujûd al-Khâriji                         = Dunia Nyata/Realita/Dunia Kongkret
Al-Wujûd az-Dzihni                        = Dunia Konseptual / Alam Abstrak / Fakultas mental
Al-Qâim binafsihi                           = Eksistensi Independen
Al-Qâim bighairihi                           = Eksistensi Dependen
Bi Al-Quwwah                              = Faktual
Wâjib al-Wujûd bi Dzâtihi               = Entitas yang (Niscaya-Ada) secara independen (mandiri) atau Pure Existence
Wâjib al-Wujud bi Ghairihi              = Entitas yang (Niscaya-Ada) karena faktor luar atau Actual/Necessary Existance
Mumkinul Wujud                          = Keberadaan oleh agen luar/ Contingent being/potential existence
Mustahil                                     = Absurd
Nisbah/alaqah/idhafah                   = Relasi
Nazoriyatul Wujud                        = Ontologi (Teori tentang keberadaan)
Nazoriyatul Ma'rifah                      = Epistemologi (Teori ttng Ilmu Pengetahuan)
As-Sabru wat-Taqsim                   = Teori Eksplosi
Al-'Illah al-Ûla                              = Prima Causa
Sebab-Akibat                            = Kausalitas
Mutakallimun                            = Teolog Muslim
Al-Lâ adriyah (Sufsathoiyah)        = Agnostisme
Kosmologis                                = Pandangan tentang alam semesta
Silogisme                                  = Qiyas burhani (aristhi)
                                        Jika A = B
                                        Dan B = C
                                        Maka A = C
                                       
Silogisme Konjungtif                   = Qiyas yang menggunakanqadhiyah syartiyah muttashilah
                                         A --> B
                                        ~      B
                                        ~      A
                                        Jika A maka B, Bukan B, maka bukan A

Silogisme Disjungtif             = Qiyas yang menggunakan qadhiyah syarthiyah munfashilah
                                        A v B
                                        ~     A
                                        B
                                        A atau B, bukan A, maka B

Premis Mayor                                  = Mukaddimah Kubra
Premis Minor                                   = Mukaddimah sugra
Tanda (~)                                      = Negasi berarti tidak/non
Tanda (v)                                      = Or/atau
Tanda (^)                                     = Dan
Tanda panah (-->)                          = Maka
Qanun Adz-Dzatiyah                        = PI (Prinsip Identitas) A=A, A=/= ~A
Qanun adamu jam'un Naqidhaini        =PNK (Prinsip Non Kontradiksi)
Qanun adamu raf'un Naqidhaini         =PKN (Prinsip Keniscayaan Nilai)

*semoga bermanfaat, minallahit tawfiq

0 komentar: